KabarTifa- Kabar kesepakatan tarif AS-China sempat membuat harga Bitcoin melesat hingga menyentuh angka fantastis, $105.000. Namun, euforia itu tak bertahan lama. Ketidakpastian ekonomi global, mulai dari inflasi tinggi hingga ancaman resesi, masih membayangi. Lalu, bagaimana nasib Bitcoin ke depan? Masihkah ada peluang bull market, atau justru koreksi dalam menunggu?
Kesepakatan tarif 90 hari antara AS dan China, yang menurunkan tarif impor hingga 30% untuk kedua negara, memang sempat memicu sentimen positif di pasar. Indeks S&P 500 dan Nasdaq pun meroket. Namun, data ekonomi AS yang masih lesu—inflasi tinggi dan angka pengangguran yang naik—menunjukkan bahwa optimisme tersebut rapuh dan bergantung pada sentimen jangka pendek. Kenaikan harga Bitcoin ke $105.000 pun hanya sementara, sebelum kembali turun ke kisaran $102.000.

Perdebatan seputar kenaikan debt ceiling AS senilai $4 triliun (bahkan mungkin $5 triliun) juga menambah kompleksitas situasi. Kenaikan debt ceiling berpotensi meningkatkan likuiditas pasar, yang secara historis berdampak positif pada aset berisiko seperti Bitcoin. Namun, peningkatan utang negara juga meningkatkan risiko stabilitas fiskal jangka panjang. Jika The Fed tetap longgar kebijakan moneternya, inflasi bisa semakin meroket. Sebaliknya, jika suku bunga dinaikkan, perlambatan ekonomi bisa terjadi.
Bitcoin, dengan pasokannya yang terbatas, seringkali dianggap sebagai aset lindung nilai. Namun, dalam situasi likuiditas yang menyusut atau sentimen risiko yang memburuk, Bitcoin juga rentan terhadap koreksi tajam. Saat ini, harga Bitcoin berada di sekitar $100.000, batas bawah yang telah diuji berkali-kali. Selama batas ini bertahan, potensi kenaikan ke $150.000 masih terbuka, terutama jika likuiditas tetap longgar. Namun, jika batas bawah tersebut ditembus, koreksi besar bisa terjadi, terutama jika pembahasan debt ceiling menemui jalan buntu atau inflasi melampaui ekspektasi.
Kesimpulannya, sementara ini pasar masih diliputi ketidakpastian. Meskipun ada potensi bull market, didorong oleh kesepakatan tarif dan potensi kenaikan likuiditas, fondasi ekonomi global yang belum stabil tetap menjadi ancaman. Peluang apresiasi masih ada, asalkan harga Bitcoin tetap di atas $100.000. Namun, investor perlu tetap waspada terhadap potensi koreksi yang signifikan.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan informatif dan bukan merupakan nasihat investasi atau ajakan trading. Investasi di mata uang kripto sangat berisiko. Lakukan riset mendalam sebelum berinvestasi. kabartifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang Anda alami.