KabarTifa- Sejak 6 Februari, harga Bitcoin (BTC) seolah enggan menembus angka US$ 98.000. Kebuntuan ini membuat investor bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ada kekuatan tersembunyi yang bermain di balik layar?
Beberapa analis, seperti yang dikutip dari cointelegraph.com dan diulas di kabartifa.id, mencurigai adanya manipulasi pasar. James CryptoGuru, analis teknikal di X (sebelumnya Twitter), bahkan memperingatkan "manipulasi besar-besaran" pada Januari lalu. Ia menuding ETF Bitcoin digunakan untuk menekan harga, bertujuan melikuidasi trader leverage agar entitas besar bisa membeli BTC dan Ether lebih murah.

Teori serupa diutarakan Vincent Van Code, yang percaya sekelompok "whale" (investor besar) menggunakan bot canggih dan dana lebih dari US$ 100 juta untuk mengendalikan pasar. Bahkan, Binance sempat disebut-sebut terlibat, meskipun tanpa bukti kuat. Penting dicatat, transaksi besar di dunia kripto, selama Bitcoin dan Ethereum tidak dianggap sekuritas, belum tentu ilegal.
Namun, pergerakan harga Bitcoin juga dipengaruhi faktor lain. Pasar kripto beroperasi 24/7, berbeda dengan pasar saham. Perdagangan skala besar oleh market maker dan algoritma juga berperan, mirip dengan pengaruh perusahaan besar di pasar saham tradisional. Berita dan regulasi pun mampu mengubah sentimen investor secara drastis.
Manipulasi pasar, perlu diingat, bukan monopoli dunia kripto. Di pasar tradisional, raksasa seperti Vanguard, BlackRock, Fidelity, dan Capital Group mengendalikan aset triliunan dolar, memberi mereka pengaruh besar. Kasus manipulasi pasar juga bukan hal baru.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan informatif. Konten di kabartifa.id bukan nasihat investasi atau saran trading. Investasi kripto berisiko tinggi. Lakukan riset sebelum berinvestasi. kabartifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan Anda.
Editor: BobonSyah