KabarTifa- China resmi menaikkan tarif impor barang-barang Amerika Serikat menjadi 125 persen, efektif 12 April 2025. Langkah balasan ini menyusul keputusan AS sehari sebelumnya yang menaikkan tarif serupa untuk produk China. Pengumuman tersebut disampaikan Komisi Tarif Dewan Negara China, menggantikan tarif sebelumnya sebesar 84 persen. Pemerintah China menyebut tindakan AS sebagai pelanggaran aturan perdagangan internasional dan prinsip ekonomi global, menyatakan barang-barang Amerika tak layak masuk pasar China dengan beban tarif setinggi itu. China menegaskan tak akan lagi menanggapi langkah serupa dari AS. Keputusan ini, menurut pemerintah, berlandaskan hukum domestik dan internasional.
Kementerian Keuangan China mengecam keras kebijakan tarif AS, menyebutnya tak masuk akal dan tak efektif secara ekonomi. Mereka bahkan memperingatkan balasan tegas jika AS terus merugikan kepentingan nasional China. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 125 persen untuk barang-barang China melalui media sosial, menuduh China tak menghormati pasar global. Negara-negara lain yang terdampak diberi penundaan 90 hari, kecuali China.
Ketegangan ini berdampak global. Menteri Keuangan Jerman, Joerg Kukies, menyatakan Uni Eropa mempertimbangkan langkah balasan jika negosiasi dengan AS gagal. Pasar kripto pun ikut terguncang. Harga Bitcoin sempat anjlok di bawah US$74.000 sebelum pulih ke sekitar US$81.500. Ethereum melemah sekitar 2 persen, mendekati US$1.548. Analis mengaitkan penurunan ini dengan kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi global dan inflasi akibat perang tarif.
Meski demikian, beberapa pengamat meyakini aset kripto seperti Bitcoin bisa menjadi pilihan investasi untuk melindungi diri dari ketidakstabilan ekonomi dan ketegangan geopolitik jangka panjang.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan informatif. Konten di kabartifa.id bukan nasihat investasi atau saran trading. Investasi kripto berisiko tinggi. Lakukan riset sebelum berinvestasi.
