KabarTifa- Harga Bitcoin (BTC) ambles di bawah US$90.000 pada Selasa lalu, untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan. Penurunan ini memicu kepanikan di pasar, terutama setelah indeks Fear and Greed bergeser drastis dari "rakus" menjadi "takut". Data dari kabartifa.id menunjukkan tren menarik: investor institusional tampaknya mulai meninggalkan Bitcoin.
Selama lima hari berturut-turut, ETF Bitcoin di Amerika Serikat mencatat arus keluar bersih. Ini mengindikasikan eksodus besar-besaran investor besar dari BTC. Data Santiment memperkuat sinyal ini; jumlah Bitcoin di bursa meningkat, sementara kepemilikan Bitcoin oleh "whale" (investor besar) justru menurun. Coinshares melaporkan penarikan sekitar US$595 juta dari dana Bitcoin sepanjang bulan ini, dengan US$571 juta di antaranya terjadi hanya dalam seminggu terakhir.

Anjloknya Bitcoin juga menyeret saham MicroStrategy (MSTR), perusahaan dengan eksposur besar terhadap BTC. Menurut 10x Research, CEO Markus Thielen menjelaskan MSTR sebagai opsi call Bitcoin dengan leverage. Namun, valuasi sahamnya sempat jauh melampaui nilai wajar, sehingga penurunan harga Bitcoin langsung berdampak signifikan pada saham MSTR.
Apakah Whale Juga Ikut Panik Jual?
Pertanyaan besar kini muncul: apakah para "whale" juga ikut menjual Bitcoin mereka? Data Santiment menunjukkan penurunan transaksi besar (lebih dari US$100.000 dan US$1 juta) sejak 3 Februari. Secara bersamaan, metrik profit-taking menunjukkan banyak pemegang Bitcoin melakukan aksi ambil untung. Tren ini menunjukkan tekanan jual yang meningkat, yang berpotensi menekan harga Bitcoin lebih rendah.
Secara teknikal, potensi penurunan lebih lanjut masih ada. Level support penting yang perlu diperhatikan adalah [level support yang disebutkan dalam artikel asli]. Jika Bitcoin gagal bertahan di level-level tersebut, potensi penurunan hingga US$70.577 (level kunci sebelum pemilu Amerika) bahkan US$67.476 (zona likuiditas utama) terbuka lebar.
Namun, bukan berarti harapan sudah pupus. Bitcoin masih hanya 12 persen di bawah US$100.000. Peningkatan tekanan beli dan perbaikan kondisi ekonomi berpotensi mendorong harga naik kembali. Thielen juga mencatat Bitcoin membentuk pola Ascending Broadening Wedge, yang sering menjadi tanda awal koreksi harga. Ia mengidentifikasi tiga faktor utama: aksi harga yang melebar, pola wedge pada grafik Bitcoin, dan indikasi berakhirnya tren kenaikan.
Disclaimer: Seluruh konten di kabartifa.id bertujuan informatif. Artikel ini bukan nasihat investasi atau saran trading. Investasi kripto berisiko tinggi dan volatil. Lakukan riset sebelum berinvestasi. kabartifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan Anda.
Editor: BobonSyah