KabarTifa- Harga Bitcoin kembali menanjak, menyentuh angka $109.000. Meski demikian, pertumbuhan ini diiringi sejumlah tantangan. Sentimen pasar memang membaik, namun ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel masih menjadi bayang-bayang. Investor terlihat kembali berminat pada aset berisiko, termasuk kripto, seiring pelemahan sejumlah indikator ekonomi makro Amerika Serikat yang baru dirilis. Namun, apakah tren positif ini akan berkelanjutan? Analisis mendalam diperlukan.
Data ekonomi Amerika Serikat per Kamis, 26 Juni 2025, menunjukkan gambaran ekonomi yang kurang menggembirakan. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I 2025 mencatatkan penurunan -0.5%, jauh lebih rendah dari pertumbuhan 2.4% pada kuartal IV 2024. Angka ini bahkan lebih buruk dari proyeksi sebelumnya (-0.2%), mengindikasikan pelemahan ekonomi yang lebih dalam dari perkiraan.

Data pesanan barang tahan lama (durable goods orders) bulan Mei juga menunjukkan peningkatan signifikan 16.4% secara bulanan, berbanding -6.6% bulan sebelumnya. Namun, lonjakan ini berpotensi bersifat sementara, mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor spesifik seperti pembelian alat transportasi besar. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang daya beli riil masyarakat yang belum tentu pulih.
Penurunan daya beli berpotensi menekan minat investasi, termasuk di pasar kripto. Situasi ini diperparah oleh potensi kebijakan suku bunga tinggi yang dipertahankan Federal Reserve (The Fed) untuk menekan inflasi. Pernyataan pejabat The Fed, seperti Barkin, menegaskan komitmen tersebut. Kombinasi penurunan PDB, ketidakpastian belanja konsumen, dan suku bunga tinggi membuat pasar kripto masih belum sepenuhnya keluar dari masa konsolidasi.
Analisis Teknikal Bitcoin
Bitcoin saat ini diperdagangkan sekitar $109.000, berupaya membentuk struktur kenaikan yang lebih stabil. Grafik harian menunjukkan pergerakan ini muncul setelah rilis data ekonomi yang mengecewakan, ironisnya justru memicu spekulasi pelonggaran kebijakan moneter. Namun, tekanan dari sentimen makro dan geopolitik tetap signifikan. Ketegangan di Timur Tengah meningkatkan risiko global, berpotensi mengalihkan dana ke aset yang lebih aman seperti emas atau obligasi.
Secara teknikal, batas bawah harga Bitcoin diperkirakan sekitar $104.000. Penembusan di bawah angka ini dapat memicu koreksi ke $100.000, mengindikasikan hilangnya momentum beli jangka pendek. Sebaliknya, penembusan dan bertahan di atas $109.000 membuka peluang kenaikan ke $120.000, area distribusi utama sebelumnya. Namun, hal ini membutuhkan sentimen global yang lebih stabil dan dukungan makroekonomi yang kondusif. Volume transaksi masih rendah, menunjukkan pasar masih menunggu data tambahan, seperti laporan inflasi bulan depan dan hasil pertemuan FOMC berikutnya.
Kesimpulan
Data ekonomi Amerika yang menunjukkan penurunan PDB dan ketidakpastian daya beli memberikan dampak ganda pada pasar kripto. Pelemahan ekonomi bisa mendorong harapan pelonggaran suku bunga, tetapi juga menekan minat investasi pada aset berisiko. Harga Bitcoin di sekitar $109.000 menunjukkan potensi apresiasi, tetapi sentimen global dan data makro tetap perlu dipantau. Manajemen risiko yang baik sangat penting. Pergerakan selanjutnya sangat bergantung pada dinamika geopolitik dan kebijakan The Fed.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan informatif dan bukan nasihat investasi atau saran trading. Investasi kripto berisiko tinggi. Lakukan riset sebelum berinvestasi. kabartifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan Anda.
