KabarTifa- Investor dibuat was-was menjelang keputusan The Fed pada 18-19 Maret lalu. Mengutip kabartifa.id, pasar saham ambles, inflasi masih tinggi, dan proyeksi penurunan suku bunga masih abu-abu. Analis banyak yang memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25% – 4,5%, dengan kemungkinan penurunan pertama di bulan Juni. Reaksi negatif pun terlihat di pasar saham, S&P 500 turun 8% sejak Februari dan Nasdaq anjlok 4% pada 10 Maret. Anehnya, Bitcoin juga tak bergairah. Harga Bitcoin yang sempat menyentuh US$ 82.300, lalu naik ke US$ 86.000 pada Kamis (20/3/2024), justru tak melesat signifikan meski likuiditas global melimpah.
Uang M2 Membengkak, Bitcoin Tetap Lemas: Pasokan uang M2 global mencapai rekor tertinggi US$ 108,2 triliun per 10 Maret, naik 3,5% sejak awal tahun. Secara historis, peningkatan likuiditas seharusnya mengerek aset berisiko, termasuk Bitcoin. M2, indikator utama likuiditas global yang mencakup uang tunai, deposito bank, dan aset cair lainnya, biasanya mendorong investor memburu aset berimbal hasil tinggi. Namun, Bitcoin masih lamban bereaksi. Secara historis, Bitcoin butuh waktu sekitar 10 minggu untuk merespon peningkatan M2. Artinya, meski saat ini belum naik, reli Bitcoin mungkin terjadi beberapa bulan mendatang.
The Fed Berpotensi Hentikan Quantitative Tightening (QT): Kebijakan moneter The Fed juga berpengaruh. Program Quantitative Tightening (QT) yang berjalan sejak 2022 kemungkinan akan segera dihentikan. QT, kebijakan yang mengurangi jumlah uang beredar dengan membiarkan obligasi jatuh tempo tanpa reinvestasi, memperketat likuiditas dan menghambat pergerakan pasar. Namun, The Fed kini mempertimbangkan untuk memperlambat atau menghentikan QT. Pasar taruhan Polymarket bahkan memprediksi 100% kemungkinan QT berakhir sebelum 30 April. Jika QT dihentikan, dampaknya bisa sangat signifikan.
Tekanan Faktor Institusional Menekan Bitcoin: Meskipun ada potensi kenaikan, Bitcoin juga menghadapi tekanan dari faktor institusional. CEO CryptoQuant, Ki Young Ju, memperingatkan indikator on-chain menunjukkan pasar sedang bearish. Pemerintah AS yang mulai mengadopsi Bitcoin sebagai cadangan strategis (BSR) juga mendapat penolakan dari IMF dan lembaga pemeringkat kredit, yang bahkan mendesak AS untuk menjual cadangan Bitcoin-nya. Jika AS melepas Bitcoin, harga bisa tertekan dalam jangka pendek.

Disclaimer: Semua konten di kabartifa.id bertujuan informatif. Artikel di kabartifa.id bukan nasihat investasi atau saran trading. Lakukan riset sebelum berinvestasi di kripto karena kripto aset volatil dan berisiko tinggi. kabartifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan Anda.