KabarTifa- Harga Bitcoin (BTC) masih bergoyang tak menentu, membuat para analis dibuat pusing tujuh keliling. Penutupan harga mingguan menjadi penentu arah pergerakan si raja kripto ini. Sepanjang pekan, Bitcoin hanya naik tipis 0,9 persen. Jika tak mampu menembus level US$ 85.000 pada Minggu, harga berpotensi terjun bebas ke area US$ 76.000.
Ryan Lee, Kepala Analis di Bitget Research, menyatakan penutupan di atas US$ 85.000 krusial untuk menjaga peluang kenaikan harga. Tembus US$ 87.000? Itu sinyal kuat tren bullish kembali berlanjut! Lee menambahkan, situasi makro seperti suku bunga stabil dan inflasi mereda sebenarnya mendukung pasar, namun penutupan harga minggu ini tetap menjadi penentu utama.

Namun, tak semua analis terpaku pada jangka pendek. Enmanuel Cardozo, analis dari Brickken, menyarankan fokus pada tren jangka panjang. Ia melihat akumulasi oleh pemegang Bitcoin jangka panjang jauh lebih penting daripada fluktuasi harian.
Cardozo menjelaskan, pemegang jangka panjang terus menambah kepemilikan sejak awal Februari. Ini sinyal kepercayaan terhadap proyek jangka panjang Bitcoin. Data Glassnode menunjukkan, sejak 11 Februari hingga 22 Maret, jumlah Bitcoin yang dimiliki pemegang jangka panjang bertambah lebih dari 250.000 BTC (sekitar US$ 21 miliar). Total kepemilikan mereka kini lebih dari 13,3 juta BTC.
Meski begitu, ancaman eksternal masih mengintai. Nicolai Sondegaard dari Nansen, mengungkapkan kekhawatiran perang dagang global masih membayangi pasar hingga awal April, berpotensi menekan minat investor pada aset berisiko, termasuk kripto.
Penutupan harga Bitcoin akhir pekan ini menjadi momen krusial. Akankah pasar siap untuk terbang tinggi, atau justru jatuh lebih dalam? Kita tunggu saja.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan informatif. Konten di kabartifa.id bukan nasihat investasi atau saran trading. Investasi kripto berisiko tinggi. Lakukan riset sebelum berinvestasi.