KabarTifa- Bitcoin (BTC) kembali menembus angka psikologis US$100.000 untuk pertama kalinya sejak awal Februari, memicu euforia di kalangan trader ritel. Sentimen positif membanjiri media sosial, dengan kata-kata seperti "naik" dan "lebih tinggi" mendominasi percakapan, menunjukkan optimisme yang meluas, demikian dilaporkan kabartifa.id. Namun, di balik euforia tersebut, peringatan bahaya mengintai.
Platform analitik kripto Santiment, melalui akun X-nya, mengungkapkan bahwa optimisme yang berlebihan bisa menjadi sinyal peringatan dini. Pengalaman beberapa waktu lalu menjadi bukti; ketakutan akan penurunan harga pada 5 Mei lalu justru berujung pada kenaikan, sementara peningkatan kepercayaan diri dan keserakahan pada 8 Mei berpotensi memicu perlambatan pasar.

Efek FOMO (Fear Of Missing Out) yang dipicu oleh pemberitaan positif dan antusiasme trader ritel, bisa menarik lebih banyak investor. Meskipun ini dapat memperkuat tren kenaikan, peningkatan partisipasi yang terlalu cepat dapat mengakibatkan koreksi pasar yang tajam.
Santiment menekankan pentingnya beberapa hari ke depan. Stabilitas harga dan meredanya sentimen positif akan membuka peluang untuk mencapai rekor baru. Sebaliknya, munculnya perbincangan negatif dan aksi jual dapat menyebabkan pasar mengalami penurunan sebelum kembali naik.
Sementara itu, decrypt.co melaporkan bahwa kenaikan Bitcoin juga dikaitkan dengan pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, serta kesepakatan dagang baru antara AS dan Inggris. Geoff Kendrick, analis dari Standard Chartered, bahkan memprediksi Bitcoin bisa mencapai US$120.000 sebelum akhir Juni.
Peringatan: Informasi ini semata-mata untuk tujuan informatif dan bukan merupakan saran investasi atau ajakan trading. Investasi di aset kripto sangat berisiko dan volatil. Lakukan riset menyeluruh sebelum memutuskan untuk berinvestasi. kabartifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang Anda alami.