KabarTifa- Harga Bitcoin (BTC) melesat tajam hingga menyentuh angka fantastis US$95.500 pada Senin lalu. Lonjakan ini membuat para trader ritel semakin percaya diri, bahkan cenderung serakah, menganggap harga Bitcoin akan terus meroket. Data dari platform analitik Santiment menunjukkan peningkatan signifikan perbincangan di media sosial yang memprediksi harga Bitcoin akan menembus US$100.000 hingga US$159.000. Sebaliknya, prediksi penurunan harga di bawah US$69.000 jauh lebih sedikit.
Analisis data Santiment dari 6 hingga 28 April lalu memperlihatkan pergeseran sentimen pasar. Awal bulan, ketakutan akan penurunan harga justru berbanding lurus dengan kenaikan harga Bitcoin. Namun, sejak 19 April, optimisme berlebih mulai mendominasi, bahkan terkesan serakah. Santiment memperingatkan, kondisi ini bisa menjadi sinyal bahaya. "Trader optimis biasanya berharap mayoritas orang pesimis. Saat banyak yang takut, itu sering jadi momen harga naik. Tapi, jika terlalu banyak yang yakin harga akan naik, pasar bisa stagnan," ungkap Santiment.

Kepercayaan diri yang tinggi ini juga memicu minat pada koin meme dan aset kripto spekulatif lainnya. Beberapa analis mengingatkan, sentimen pasar yang terlalu optimis bisa menjadi pertanda buruk. Sejarah menunjukkan, periode bullish yang ekstrem sering diikuti stagnasi harga atau koreksi pasar yang tajam.
Bitcoin saat ini menjadi aset favorit di tengah ketidakpastian ekonomi global dan koreksi harga emas. Analis Standard Chartered, Geoff Kendrick, bahkan memprediksi Bitcoin akan mencapai rekor tertinggi baru US$120.000 pada kuartal kedua 2025, didorong ketidakpastian ekonomi dan minat institusional yang meningkat.
Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website kabartifa.id bertujuan informatif. Artikel di kabartifa.id bukanlah nasihat investasi atau saran trading. Sebelum berinvestasi pada mata uang kripto, lakukan riset menyeluruh karena kripto merupakan aset volatil dan berisiko tinggi. kabartifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan Anda.