KabarTifa- Setelah meroket 10,37 persen dalam sepekan, Bitcoin kini melambat. Analis memprediksi pergerakan harga yang terbatas dalam beberapa hari mendatang, tertahan di kisaran US$93.000 hingga US$95.000. KabarTifa.id menelusuri penyebabnya.
Lonjakan sebelumnya didorong beberapa faktor, termasuk pembelian besar-besaran Bitcoin oleh perusahaan Strategy (US$1,42 miliar pada 28 April), peluncuran ETF Bitcoin Spot, dan pengumuman dari 21Shares dan Coinbase. Namun, setelah euforia tersebut, pasar kripto relatif tenang, berpotensi menurunkan permintaan spot dan menguji level support Bitcoin.

Perhatian kini tertuju pada rilis data ekonomi penting AS. Laporan JOLTS (29 April) akan mengungkap dampak perang dagang terhadap pasar tenaga kerja. Laporan PCE (30 April), indikator inflasi utama, dan ISM Manufacturing PMI (1 Mei) akan memberikan gambaran sentimen bisnis. Puncaknya, laporan ketenagakerjaan AS (2 Mei) diprediksi menunjukkan potensi perlambatan ekonomi.
Data-data ini membuat trader cenderung lebih hati-hati. Ditambah lagi, volatilitas April membuat prediksi pergerakan harga Bitcoin lebih stabil dalam rentang tertentu. Sejak 25 April, Bitcoin berada di bawah US$95.000, bergerak di antara US$93.000 dan US$95.500.
Meskipun sentimen positif masih kuat di kalangan investor ritel, beberapa analis khawatir sifat "rakus" mereka dapat berdampak negatif pada pasar dan tren Bitcoin secara keseluruhan.
Disclaimer: Konten di KabarTifa.id bersifat informatif. Artikel ini bukan nasihat investasi atau saran trading. Investasi kripto berisiko tinggi dan volatil. KabarTifa.id tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan Anda.